KAMI TIDAK DIAM.


Beberapa hari ini ada sebuah artikel yang buat kami (selaku mahasiswa fakultas pertanian) bener bener geregetan buat nanggepin.

Pada halaman utama suatu surat kabar bertuliskan "KE MANA PARA SARJANA PERTANIAN?" dan dibahas lagi oleh sebuah akun official LINE yang mengambil judul "Petani Mulai Banyak Digusur, Mahasiswa Pertanian Ngapain?"

Mahasiswa pertanian tidak pernah menutup mata akan apa yang terjadi di dunia pertanian Indonesia. Kami, para calon petani berdasi, terus berusaha menuntut ilmu demi majunya pertanian di negara yang di kenal sebagai negara agraris. Tetapi apalah daya kami? Kami hanya segelintir mahasiswa yang selalu dipandang sebelah mata oleh semua orang.

Bagi mahasiswa baru, pasti tidak asing sama pertanyaan seperti ini
"Kuliah dimana sekarang?"
"Di fakultas apa?"
"Ambil jurusan apa?"
Dan ketika dengan bangga kami menjawab "difakultas pertanian", pasti tidak sedikit yang hanya ber'ohh' ria atau malah menertawakan keberadaan kami sebagai mahasiswa pertanian.
"Pertanian?? Kuliah jauh jauh cuma buat jadi petani??"
"Di pertanian? Mau jadi apa? Petani?"
"Kuliah mahal mahal cuma buat jadi petani? Buat apa?"
"Yaelah kalo cuma mau jadi petani gak usah susah susah kuliah kali"
"Mendingan coba lagi tahun depan. Ga keren di pertanian"

Atau ketika kami menemui calon lulusan SMA, tak banyak dari mereka yang memiliki keinginan untuk mempelajari lebih lanjut soal pertanian. Mereka lebih memilih untuk melanjutkan studi di fakultas fakultas lain yang dianggap lebih bergengsi dibandingkan fakultas pertanian.
"Buat apa ngurusin pertanian? Ga menghasilkan"
"Buat apa ngurusin pertanian? Kan udah diurusin pemerintah"

Itu baru dari sisi masyarakat sekitar. Kalau kita lihat, pemerintah kitapun lebih pro terhadap tender-tender bernilai triliyunan rupiah yang mengesampingkan para petani. Seperti pembangunan infrastruktur ataupun eksploitasi bahan tambang. Mereka hanya melihat jumlah uang yang akan didapat ketika mereka mengusung proyek raksasa tersebut. Selain proyek raksasa yang menggusur lahan petani, impor bahan pangan juga mulai mematikan para petani Indonesia. Impor dirasa lebih murah dan praktis dibandingan menggantungkan diri pada usaha para perani sendiri. Kebijakan ini terus menerus dilakukan tanpa memikirkan dampaknya yang kian meluas.

Dan sekarang, ketika kondisi pertanian di Indonesia sangat memprihatinkan, kami yang dituding tidak melakukan suatu apapun demi pertanian negri ini.
Pak, bu, kami sudah melalukan hal terbaik yang kami bisa. Tapi apalah daya kami yang selalu dianggap remeh? Bagaimana kami bisa berbuat lebih jika kami terus dipandang sebelah mata oleh semua orang? Bagaimana kami bisa menang suara dalam membela para petani jika jumlah kami semakin berkurang? Bagaimana kami dapat berbuat lebih jika semua calon mahasiswa didoktrin bahwa 'fakultas pertanian hanyalah fakultas buangan'?

Tetapi ini bukan waktunya untuk mengeluh. Sepenggal pidato Presiden Soekarno ini menjadi semangat kami.
Berseru Sukarno: "Aku bertanja kepadamu: sedangkan rakjat Indonesia akan mengalami tjelaka, bentjana, malapetaka dalam waktu jang dekat kalau soal makanan rakjat tidak segera dipetjahkan, sedangkan soal persediaan makanan rakjat ini bagi kita adalah soal hidup atau mati, -- kenapa dari kalangan-kalanganmu begitu ketjil minat untuk studie ilmu pertanian dan ilmu perchewanan? Kenapa buat tahun 1951/1952 jang mendaftarkan diri sebagai mahasiswa bagi Fakultet Pertanian hanja 120 orang, dan bagi Fakultet Kedokteran Chewan hanja ...... 7 orang? Tidak, pemuda-pemudiku, studie ilmu pertanian dan ilmu perchewanan tidak kurang penting dari pada studie lain-lain. Tjamkan, sekali lagi tjamkan, -- kalau kita tidak 'aanpakken' soal makanan rakjat ini setjara besar-besaran, setjara radikal dan revolusioner, kita akan mengalami malapetaka!" (1952: 24)

Inilah saatnya kami membuktikan bahwa kami ada untuk pertanian negri ini.
Pertanian merupakan nadi bagi Indonesia.
Pertanian adalah harga mati.

Oleh: 
Sharon Saraswati Agroteknologi 2016.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PRESS RELEASE INAUGURASI 2024

PRESS RELEASE EXPORIENCE 2.0 2024

PRESS RELEASE AGRICARE BATCH 2 2024