Senin, 28 November 2016

KAMI TIDAK DIAM.


Beberapa hari ini ada sebuah artikel yang buat kami (selaku mahasiswa fakultas pertanian) bener bener geregetan buat nanggepin.

Pada halaman utama suatu surat kabar bertuliskan "KE MANA PARA SARJANA PERTANIAN?" dan dibahas lagi oleh sebuah akun official LINE yang mengambil judul "Petani Mulai Banyak Digusur, Mahasiswa Pertanian Ngapain?"

Mahasiswa pertanian tidak pernah menutup mata akan apa yang terjadi di dunia pertanian Indonesia. Kami, para calon petani berdasi, terus berusaha menuntut ilmu demi majunya pertanian di negara yang di kenal sebagai negara agraris. Tetapi apalah daya kami? Kami hanya segelintir mahasiswa yang selalu dipandang sebelah mata oleh semua orang.

Bagi mahasiswa baru, pasti tidak asing sama pertanyaan seperti ini
"Kuliah dimana sekarang?"
"Di fakultas apa?"
"Ambil jurusan apa?"
Dan ketika dengan bangga kami menjawab "difakultas pertanian", pasti tidak sedikit yang hanya ber'ohh' ria atau malah menertawakan keberadaan kami sebagai mahasiswa pertanian.
"Pertanian?? Kuliah jauh jauh cuma buat jadi petani??"
"Di pertanian? Mau jadi apa? Petani?"
"Kuliah mahal mahal cuma buat jadi petani? Buat apa?"
"Yaelah kalo cuma mau jadi petani gak usah susah susah kuliah kali"
"Mendingan coba lagi tahun depan. Ga keren di pertanian"

Atau ketika kami menemui calon lulusan SMA, tak banyak dari mereka yang memiliki keinginan untuk mempelajari lebih lanjut soal pertanian. Mereka lebih memilih untuk melanjutkan studi di fakultas fakultas lain yang dianggap lebih bergengsi dibandingkan fakultas pertanian.
"Buat apa ngurusin pertanian? Ga menghasilkan"
"Buat apa ngurusin pertanian? Kan udah diurusin pemerintah"

Itu baru dari sisi masyarakat sekitar. Kalau kita lihat, pemerintah kitapun lebih pro terhadap tender-tender bernilai triliyunan rupiah yang mengesampingkan para petani. Seperti pembangunan infrastruktur ataupun eksploitasi bahan tambang. Mereka hanya melihat jumlah uang yang akan didapat ketika mereka mengusung proyek raksasa tersebut. Selain proyek raksasa yang menggusur lahan petani, impor bahan pangan juga mulai mematikan para petani Indonesia. Impor dirasa lebih murah dan praktis dibandingan menggantungkan diri pada usaha para perani sendiri. Kebijakan ini terus menerus dilakukan tanpa memikirkan dampaknya yang kian meluas.

Dan sekarang, ketika kondisi pertanian di Indonesia sangat memprihatinkan, kami yang dituding tidak melakukan suatu apapun demi pertanian negri ini.
Pak, bu, kami sudah melalukan hal terbaik yang kami bisa. Tapi apalah daya kami yang selalu dianggap remeh? Bagaimana kami bisa berbuat lebih jika kami terus dipandang sebelah mata oleh semua orang? Bagaimana kami bisa menang suara dalam membela para petani jika jumlah kami semakin berkurang? Bagaimana kami dapat berbuat lebih jika semua calon mahasiswa didoktrin bahwa 'fakultas pertanian hanyalah fakultas buangan'?

Tetapi ini bukan waktunya untuk mengeluh. Sepenggal pidato Presiden Soekarno ini menjadi semangat kami.
Berseru Sukarno: "Aku bertanja kepadamu: sedangkan rakjat Indonesia akan mengalami tjelaka, bentjana, malapetaka dalam waktu jang dekat kalau soal makanan rakjat tidak segera dipetjahkan, sedangkan soal persediaan makanan rakjat ini bagi kita adalah soal hidup atau mati, -- kenapa dari kalangan-kalanganmu begitu ketjil minat untuk studie ilmu pertanian dan ilmu perchewanan? Kenapa buat tahun 1951/1952 jang mendaftarkan diri sebagai mahasiswa bagi Fakultet Pertanian hanja 120 orang, dan bagi Fakultet Kedokteran Chewan hanja ...... 7 orang? Tidak, pemuda-pemudiku, studie ilmu pertanian dan ilmu perchewanan tidak kurang penting dari pada studie lain-lain. Tjamkan, sekali lagi tjamkan, -- kalau kita tidak 'aanpakken' soal makanan rakjat ini setjara besar-besaran, setjara radikal dan revolusioner, kita akan mengalami malapetaka!" (1952: 24)

Inilah saatnya kami membuktikan bahwa kami ada untuk pertanian negri ini.
Pertanian merupakan nadi bagi Indonesia.
Pertanian adalah harga mati.

Oleh: 
Sharon Saraswati Agroteknologi 2016.

Senin, 21 November 2016

Selamat atas diaktifkannya kembali program studi ilmu tanah fakultas pertanian upnvyk


Program Studi S1 Ilmu Tanah Aktif Kembali di UPNVY

Menyusuli terbitnya Keputusan Menristekdikti nomor 186/KPT/I2015 tentang pembukaan program studi Ilmu Tanah Program Sarjana di UPNVY, maka program studi Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian UPNVY aktif kembali. Mengapa disebut aktif kembali, karena sebelumnya program studi Ilmu Tanah telah lama berdiri di FP UPNVY sejak 1984. Akan tetapi terbitnya SK Dirjen DIKTI nomor 163/2007 tentang Kodifikasi Program Studi  menggabungkan prodi di Fakultas Pertanian di Indonesia menjadi hanya dua prodi yaitu Agroteknologi dan Agribisnis.
Program Studi Ilmu tanah saat ini sedang mempersiapkan diri untuk kembali menerima mahasiswa baru pada tahaun akademik mendatang yaitu TA 2017/2018.

Minggu, 20 November 2016

KORSA MAHASISWA

[KORSA adalah suatu identitas yang sangat melekat di kalangan mahasiswa Faklutas Pertanian UPNVYK, namun apakah kalian tau dari mana nama itu berasal]

Esprit de corps (napoleon bonaparte)
.
.
Jiwa korsa dapat diartikan sebagai rasa hormat, kesetiaan, kesadaran, dan semangat kebersamaan terhadap sesuatu, yang sering ditujukan kepada negara, korps, atau perkumpulan. Jiwa korsa ini juga dapat diartikan rasa senasib sepenanggungan, perasaan solidaritas, semangat persatuan dan kesatuan terhadap suatu korps sehingga faktor-faktor jiwa korsa ini meliputi rasa hormat, kesetiaan, kesadaran, dan tidak mementingkan diri sendiri maupun golongan

Dalam jiwa korsa terkandung inisiatif, tanggung jawab, loyalitas, dan dedikasi untuk suatu hal yang mulia, seperti halnya dalam mempertahankan negara, prinsip yang benar, maupun hal-hal lain yang bersifat kebajikan dan kebaikan menolong dengan tetap mengedepankan rasa kebersamaan dan kewajaran, serta tidak menjurus ke chauvinisme atau fanatisme berlebihan terhadap sesuatu sehingga tidak bisa membedakan baik-buruk tapi kita harus melihat sisi kebersamaan demi kebaikan
Mengutip dan mengacu pada Staplekamps jr. Le luit derat dalam tulisan berjudul corps geest (demilitaire spectator, 1952) mengemukakan bahwa pengertian jiwa korsa terdiri dari faktor – faktor :
1. Rasa hormat, rasa hormat pribadi dan rasa hormat pada organisasi/korps.
2. Setia. setia kepada sumpah, janji dan tradisi kesatuan serta kawan – kawan satu korps.
3. Kesadaran. Terutama kesadaran bersama, bangga untuk menjadi anggota korps.

Dengan demikian, jiwa korsa bukan hanya penting dikalangan militer namun juga semua lingkungan, termasuk di diorganisasi karena jiwa korsa yang baik akan menciptakan disiplin ketertiban, moril dan motifasi. Dalam organisasi, pemupukan jiwa korsa diharapkan akan meningkatkan ketrampilan profesi masing-masing anggota sehingga mereka merasa malu apabila tidak mampu melaksanakan peran dan ketugasannya dengan baik. Sementara untuk memupuk jiwa korsa tersebut, upaya dapat dilakukan dari dalam maupun dari luar kesatuan sendiri, namun prosesnya perlu ditumbuhkan melalui pendidikan, kegiatan latihan, penyuluhan dan efektifnya komunikasi

DOSEN PERTANIAN UPN, PENEMU DI INDONESIA

Nama Penemu Di Indonesia

Ternyata menjadi bangsa Indonesia di dunia ini cukup membanggakan, karena memiliki putra-putra besar dalam segi ilmu pengetahuan yang tidak kalah dengan mancanegara, berikut daftarnya:

1. Abdul Jamil Ridho & Niti Soedigdo - Penemu Varietas Unggul Singkong Raksasa
2. Adi Rahman Adiwoso - Penemu Teknologi Baru dalam Telepon Bergerak Berbasis Satelit
3. Alexander Kawilarang - Penemu Kapal Ikan Bersirip
4. Andrias Wiji Setio Pamuji - Penemu Reaktor Biogas
5. Arief Mulyana Djumra - Penemu Pemacu Produktifitas dan Kualitas Udang dan Ikan
6. Aryadi Suwono & Tim Peneliti ITB - Penemu Bahan Pendingin Baru yang Lebih Hemat Energi
7. Ayub S. Parnata - Penemu Bakteri Kompos Organik
8. Bacharuddin Jusuf Habibie - Penemu Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang)
9. Budi Noviantoro - Penemu Klip Penambat Bantalan Kereta Api dengan Dua Gigi
10. Dani Hilman Natawijaya - Penemu Indikator Alam (Terumbu Karang) terhadap Siklus Gempa
11. Djuanda Suraatmadja - Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan
12. Eddyman, Intan Elfarini & Kanaka Sundhoro - Penemu Obat Antinyamuk Alami dan Murah
13. Evvy Kartini - Penemu Penghantar Listrik Berbahan Gelas
14. Fuad Affandi - Penemu Pupuk Alami dari Air Liur
15. Herman Johannes - Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan
16. I Gede Ngurah Wididana - Penemu Formula Minyak Oles Bokhasi
17. I Made Budi - Penemu Formula Sari Buah Merah untuk Pengobatan
18. Lalu Selamat Martadinata - Penemu Alat Pemanggil Ikan
19. M. Djoko Srihono - Penemu Penjernih Air Limbah
20. Maruni Wiwin Diarti - Penemu Senyawa Antimikroba dari Rumput Laut
21. Minto - Penemu Kompor dan Pengering Hasil Tani dengan Tenaga Matahari
22. Mumu Sutisna - Penemu Hormon Penyubur Anakan Padi
23. Mulyoto Pangestu - Penemu Teknik Ekonomis Pembekuan Sperma
24. Neny Nurainy - Penemu Varian Virus Hepatitis B Indonesia
25. Puji Slamet Arif - Penemu Motor Listrik Hemat Energi
26. Rahmiana Zein - Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
27. Randall Hartolaksono - Penemu Formula Kimia Pemadam Api Ramah Lingkungan
28. Rizal & Juffri Sahroni - Penemu Penghemat Bahan Bakar Diesel
29. Robert Manurung - Penemu Minyak Jarak Murni
30. Saverinus Nurak - Penemu Mesin Pompa Tangan Berkekuatan Tinggi
31. Sutjipto & Ryantori - Penemu Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba
32. Sutrisno - Penemu Alat Perangkap Lalat Buah
33. Sedijatmo - Penemu Konstruksi Fondasi Cakar Ayam
34. Septinus George Saa - Penemu Rumus Penghitung antara Dua Titik Rangkaian Resistor
35. Sofin Hadi - Penemu Metode Cincin untuk Sunat Tanpa Luka
36. Sri Wuryani, Mustadjab, Euis M. Nirmala, Siwi Hardiastuti - Penemu Pengawet Aroma dalam Hampa
37. Tjokorda Raka Sukawati - Penemu Landasan Putar Bebas Hambatan Sosrobahu
38. Warsimin Adiwarsito - Penemu Marmer Buatan
39. Widowati Siswomihardjo - Penemu Bahan Baru untuk Gigi Palsu yang Lebih Aman dan Murah
40. Windu Hernowo - Penemu Penghemat Bahan Bakar Mesin
41. Yanto Lunardi Iskandar - Anggota Tim Penemu HIV & Metode Peningkatan Hematopoiesis
42. Yudi Utomo Imardjoko - Penemu Kontainer Limbah Nuklir
43. Zahlul Badaruddin - Penemu Zahlul Integrated Unit (Desain Sistem Efisien untuk Produksi Obat/Kimia) 

SUMBER : 

Sabtu, 19 November 2016

ALIANSI MAHASISWA PEDULI KAMPUS



[MELAWAN LUPA DAN RINDU KESUDIRMAN]

.
Yogyakarta 9 Mei 2016 menjadi saksi sejarah baru bagi aliansi mahasiswa peduli kampus, tepat 186 hari yang lalu ada ratusan mahasiswa berkumpul dalam aksi damai d depan salah satu gedung kokoh dan megah berlantai lima bernama jendral sudirman,
.
Bukan tanpa sebuah alasan mereka berkumpul bukan tanpa dasar mereka melakukan aksi damai, ada satu harapan besar yang ingin mereka perjuangkan. Ada aspirasi mahasiswa yang ingin mereka suarakan yang sering kita dengar dengan nama DENTUM.
.
SEMBUHKAN KAMPUS.
Kata motivasi itulah yang menjadi motor penggerak para mahasiswa untuk kembali berjuang menjadi second line dan mengembalikan keadaan kampus yang kritis karena saat itu telah terinfeksi penyakit yang begitu akut, penyakit yang telah lama menggerogoti jantung kehidupan mahasiswa sehingga berakibat pada demokratisasi kampus yang dimatikan, pungutan liar yang dibiarkan, tranparansi yang disembunyikan, pelayanan kemahasiswaan serta kesejahteraan pegawai tak sesuai harapan, dan pokok pokok kemahasiswaan di ditelantarkan
.
Janji, hanya janji manis yang mereka suguhkan, satu minggu waktu yang birokrasi janjikan untuk menjawab semua tuntutan yang di suarakan oleh mahasiswa,
tapi hasilnya,,! Mana transparansi mana pokok-pokok kemahasiswaan.
.
Mari saudaraku kita rapatkan barisan, kampus kita belum sembuh, dan perjuangan kita belum berakhir,
.
Aliansi mahasiswa upnvyk peduli kampus.

Artikel from HUMAS BEM PERTANIAN
Divisi hubungan masyarakat bem fakultas Pertanian Upn veteran Yogyakarta

NAS.


[Gedung fakultas pertanian UPN di beri nama Nyi Ageng Serang, namun apakah kalian tau siapa itu Nyi Ageng Serang]
.
BIOGRAFI
Nyi Ageng Serang terlahir dengan nama asli Raden Ajeng (RA) Kustiyah Wulaningsih Retno Edhi. Nyi Ageng Serang merupakan putri dari Pangeran Natapraja, seorang penguasa daerah Serang, Jawa Tengah yang juga merupakan Panglima Perang Sultan Hamengkeu Buwono I. Nyi Ageng juga merupakan salah satu keturunan dari Sunan Kalijaga. Selain itu, ia juga mempunyai seorang cucu yang kelak akan menjadi seorang pahlawan, yakni R.M. Soewardi Surjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara. Menyimpang dari adat kebiasaan yang masih kuat, Nyi Ageng Serang yang merupakan seorang wanita yang rajin mengikuti latihan-latihan kemiliteran dan siasat perang bersama-bersama dengan para prajurit pria. Ia pun sering ikut ayahnya turun ke medan perang untuk melawan penjajah. Hingga, setelah ayahnya wafat, ia kemudian diangkat menggantikan kedudukan sang ayah sebagai penguasa Serang. Lalu ia diberi gelar Nyi Ageng Serang. Dalam masa kepemimpinannya, banyak rakyatnya kelaparan dan mengalami kesengsaraan akibat ulah dari penjajah Belanda. Ia selalu membantu kesengsaraan rakyatnya dengan membagi – bagikan pangan. Selain itu, ia juga melakukan perlawanan fisik untuk mengusir pasukan Belanda dari tanah kelahirannya itu. Ketika Perang Diponegoro meletus pada tahun 1825, Nyi Ageng Serang bersama pasukan yang setia terhadap ayahnya ikut berperang bersama Pangeran Diponegoro dan menantunya Raden Mas (R.M.) Pak –Pak. Karena usianya yang sudah sangat tua, 73 tahun, Nyi Ageng memimpin pasukannya dari atas tandu. Akhirnya, setelah tiga tahun ikut bertempur bersama Pangeran Diponegoro, Nyi Ageng Serang tidak kuat lagi melawan penjajah karena kekuatan fisiknya tidak memadai. Ia pun mundur dari peperangan dan pasukan yang ia pimpin diambil alih oleh Raden Mas Pak-Pak. Pada tahun 1828, Nyi Ageng Serang menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 76 tahun. Ia meninggalkan Serang sebagai daerah merdeka. Atas jasa-jasanya terhadap negara, Nyi Ageng Serang kemudian dikukuhkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan SK Presiden RI No.084/TK/1974. m.merdeka.com/profil/indonesia/n/nyi-ageng-serang/

PRESS RELEASE INAUGURASI 2024

 Bidang Minat dan Bakat BEM FP 2024     Pada tanggal 21 Desember 2024 telah dilaksanakan acara Inaugurasi yang diselenggarakan oleh BEM Faku...